KEMBALI KE FITRI MERAWAT NURANI MENUJU INDONESIA EMAS
Hari Raya Kemanusiaan
Pada hari ini
Allah Yang Maha Pemurah pencurah rahmah, kembali melimpahi kita karunia
yang tak terhingga, merayakan Idul
Fitri, Hari Raya Kemanusiaan. Hari dimana agama membimbing kita
mengungkapkan kebahagiaan dan kegembiraan, bukan dengan pesta pora dan
hura-hura, tetapi dengan kumandang takbir,
tahlil dan tahmid memuji asma Allah.
Kita berbahagia dan
bergembira, karena
telah beroleh kemenangan atas kesyaitanan yang jahat dan terkutuk. Sebulan penuh, kita bertarung mengalahkan hawa nafsu,
menghancurkan keserakahan dan ketamakan, serta mengeksekusi kebinatangan yang
selalu menggagahi kesucian hati nurani manusia. Kemenangan itu membuat kita
merampungkan tenunanan libas al-taqwa/pakaian ketakwaan.
Libas al-taqwa yang kita kenakan hari ini,
membuat kita merasa dekat dengan Allah. Dengan rasa dekat pada Allah, kita menjadi lebih istiqamah dan teguh dalam aqidah/berkeyakinan, namun senantiasa tasamuh/toleran
dalam bermuamalah/berinteraksi sosial.
Dengan rasa dekat pada Allah, kita bertambah amanah dalam menimang pangkat dan
jabatan dan terjauh dari kegemaran risywah
dan gratifikasi. Dengan rasa dekat
pada Allah, kita menjadi tidak boros walaupun punya harta berlimpah, membuat
kita pemurah, kendati yang ada di tangan hanya pas-pasan. Dengan rasa dekat
pada Allah kita tidak menuntut yang bukan hak dan tidak menahan hak orang lain.
Dengan rasa dekat pada Allah, kita tidak
suka menyebar fitnah, tidak gandrung
menyemai kebencian, dan tidak gemar menabur berita hoax serta memelintir kata
di media sosial.
Untuk itu, waspadahal terhadap prilaku perempuan
tua dalam cerita lama, yang merombak tenunannya sehelai demi sehelai,
setelah dirajutnya dengan sempurna, sebagai dikisahkan dalam surah An-Nahl ayat 92 :
وَلَا
تَكُوْنُوْا كَالَّتِيْ نَقَضَتْ غَزْلَهَا مِنْۢ بَعْدِ قُوَّةٍ اَنْكَاثًاۗ
Janganlah
kamu seperti seorang perempuan yang menguraikan tenunannya yang sudah dipintal
dengan kuat menjadi cerai-berai kembali.
Iman melahirkan amal, taqwa membuahkan akhlak, dan takbiratul ihram ditutup dengan salam. Pengagungan terhadap Allah, melahirkan penghargaan terhadap harkat dan
martabat manusia, dengan penunaian zakat fitrah, memberi makanan yang sepadan untuk fakir miskin kaum
mustadh’afun, sebagai wujud ketakwaan dengan
menegakkan keadilan dan menebar kebajikan.
Menegakkan keadilan dan menebar kebajikan adalah perjuangan yang sangat mulia. Hal itu hanya bisa terwujud bila keadilan sosial ekonomi tegak dengan
kokoh, sebuah pesan Al-Qur’an yang juga diamanatkan dengan sangat kuat dalam
pembukaan UUD 1945. Yakni menyusun suatu Pemerintah Negara Indonesia yang
melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan
untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut
melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi
dan keadilan sosial.
Untuk menangkap pesan kuat Pembukaan UUD 1945 yakni
kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial tersebut, marilah sejenak
kita menyimak sebuah kisah dalam kehidupan Rasulullah Saw., betapa beliau
sangat mengutuk perbuatan dzulmani kezaliman dalam bentuk apapun.
Praktek Rasywah Ibnu Luthbiyah
Siang itu salah seorang anggota amil zakat disemprot oleh Rasulullah Saw. Semprotan itu beliau sampaikan melalui mimbar agar
diketahui khalayak kaum muslimin.
Setelah bertahmid memuji Allah Yang Maha Agung, beliau bersabda :
"Aku telah menugaskan seseorang di antara kalian untuk suatu tugas yang
diberikan Allah kepadaku. Lalu dia melaksanakannya dan berkata, "Ini
untukmu dan ini hadiah untukku." Mengapa dia tidak duduk saja di
rumah dan menunggu hadiah itu datang? Demi Allah, tidaklah seorang di antara kalian
mengambil sesuatu yang bukan haknya
melainkan dia akan menghadap Allah pada Hari Kiamat dengan memikul sesuatu itu
yakni apa yang dia ambil dari orang lain
yang bukan haknya. "
Nabi Saw sangat tegas dalam sabda beliau ini, sampai-sampai di
akhir semprotan itu beliau mengulang
tiga kali kalimat, Ya Allah bukankah aku telah sampaikan, Ya Allah bukankah aku
telah sampaikan, Ya Allah bukankah aku telah sampaikan. “ Kalimat yang diulang
tentu bukanlah perkataan sembarangan.
Sebenarnya apa yang terjadi ? Siapa petugas amil zakat yang
disemprot oleh Rasulullah itu? Dialah sahabat bernama Ibnu Lutbiyyah, anggota suku Azdi kaum Anshar Madinah. Perawakannya
menyenangkan, tingkah lakunya lembut. Rasulullah memberikan tugas kepadanya sebagai petugas
pengumpul zakat. Ibnu Lutbiyyah
orang yang tekun dalam pekerjaan. Kaum Muslimin menyenangi cara kerjanya. Lantas tak hanya
zakat yang mereka titipkan, sejemput hadiah mereka berikan kepada sang petugas.
Hadiah sebagai bentuk rasa terima kasih.
Demikianlah, Ibnu Lutbiyyah menemui Rasulullah,
melaporkan hasil amanah sebagai
pengumpul zakat. Namun di samping itu dia juga berkata, "Ya Rasulullah, ini untukmu hadiah dari
umat dan yang ini diberikan untukku."
Ucapan inilah yang membuat Baginda Rasulullah sangat marah dan
menyemprot Ibnu Lutbiyyah sedemikian rupa.
Sesungguhnya yang dilakukan oleh Ibnu Lutbiyyah hanyalah menyampaikan
kesukarelaan jamaah kaum muslimin yang sudah menyelesaikan pembayaran zakat
mereka. Lalu sebagai tanda terima kasih atas tugas tersebut, kaum Muslimin memberinya uang di luar
penunaian kewajiban zakat. Jutru ini pulalah menyulut kemarahan Rasulullah sehingga
beliau menyemprot Ibnu Luthbiyah secara terbuka di depan khalayak.
Hadiah yang diberikan oleh Ibnu Luthbiyah kepada Rasulullah dan dia
terima sendiri adalah sejatinya risywah.
Andai Ibnu Lutbiyyah bukan anggota
pejabat pemungut zakat, pastilah umat tidak memberikan apa-apa
kepadanya. Apa yang dilakukan oleh Ibnu Luthbiyyah kepada Rasulullah tersebut
bentuk dari rasywah atau gratifikasi yang kelak menjadi benih bagi
bertumbuh suburnya tindak korupsi di era kita sekarang ini.
Klasemen
Liga Korupsi Indonesia
Korupsi adalah tindakan penyalahgunaan kekuasaan atau jabatan untuk
kepentingan pribadi, sementara gratifikasi
pemberian hadiah atau sesuatu yang berharga kepada seseorang, yang dapat
diduga sebagai suap jika terkait dengan jabatan. Gurita korupsi inilah yang
sedang melilit perekonomian bangsa kita.
Dugaan Kejaksaan Agung telah terjadi mega skandal korupsi tata
kelola minyak mentah Pertamina mencapai nilai 193,7 T pada 2023. Hal ini diduga
telah berlangsung sejak 2018, yang bila ditotal kerugian negara telah mencapai 968,5 T.
Itu baru hitungan kerugian negara. Ternyata minyak mentah itu
dioplos dari Pertalite menjadi Pertamax. Oplosan Pertalite menjadi Pertamax
dengan selisih harga Rp.2,900,- perliter diduga mrugiksn masyarakat 47 Miliar perhari atau 17, 4 T setahun, dan
lagi-lagi itu diduga sudah berlangsung sejak 2018. Kezaliman ini
bukan lagi hanya extra
ordinary crime, kejahatan luar biasa,
tetapi sudah menjadi perbuatan biadab.
Mega skandal korupsi Pertamina ini hanyalah fenomena puncak gunung
es yang di bawah puncak itu lilitannya
menggurita kemana-mana. Plesetan media menyebut Klassemen Liga Korupsi
Indonesia menempatkan Pertamina pada posisi teratas sebesar 968,5 T. Di
bawahnya bertengger PT. Timah 300 T, BLBI138,4 T, PT. Duta Palma Group 78 T,
PT. TPPI 37,8 T, PT. Asabri 22, 7 T, dan
PT. Jiwa Sraya 16, 8 T. Sungguh negara kita berada pada posisi dzulmani.
Jihad paska Ramadhan
Oleh sebab itu tugas besar sudah menghadang di depan
kita, yakni menerjemahkan nilai-nilai serta hikmah yang telah dipetik
selama Ramadhan. Kalau kita seorang ASN
kenakanlah pakaian disiplin kerja tanpa mencuri-curi
kesempatan untuk bolos. Bila kita seorang yang duduk di belakang meja birokrasi
kenakanlah pakaian pelayanan yang menyejukkan tanpa mengharap uluran
amplop. Jika kita seorang anggota
legislatif, jangan kembangkan sifat mencari-cari peluang untuk
memperkaya diri dengan cara melegalkan perilaku yang terlarang dan tidak terpuji. Andai kita seorang pemegang amanah konstituen
partai, hindarilah bisikan syahwat politik yang menggerogoti kejujuran dan
istiqamah dalam bersikap. Kalau kita anggota TNI berlaku
amanahlah menimang jabatan sipil
yang semakin meluas. Jika kita anggota
kepolisian bersungguh-sungguhlah memerangi citra bayar polisi.
Inilah manifestasi sikap hidup umat terbaik dimunculkan ke pentas sejarah
kemanusiaan dengan tugas pencerahan bagi sesama, sebagaimana firman-Nya
dalam surah Ali Imran (3) ayat 110 :
كُنْتُمْ خَيْرَ اُمَّةٍ اُخْرِجَتْ لِلنَّاسِ تَأْمُرُوْنَ
بِالْمَعْرُوْفِ وَتَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنْكَرِ وَتُؤْمِنُوْنَ بِاللّٰهِ ۗ
Kamu (umat Islam) adalah umat terbaik yang dilahirkan
untuk manusia (selama) kamu menyuruh (berbuat) yang makruf, mencegah dari yang
mungkar, dan beriman kepada Allah.
Usai ber-Idul Fitri, kita perbaharui tekad untuk tampil sebagai ujung tombak, berjihad dengan professi dan kapasitas kita
masing-masing bersama pemerintah untuk keluar dari dzulmani kegelapan
peradaban menuju Indonesia Emas 2045.***
Komentar
Posting Komentar